Hidupkan Hati di 10 Hari Mulia: Upgrade Ibadah, Reset Jiwa

Dalam kehidupan manusia, tentunya tak luput dari kelalaian dan naik turunnya iman yang membuat kita menjadi lebih tertarik dengan kepentingan duniawi daripada mendekatkan diri kepada sang Ilahi. Jika sudah jatuh ke lubang kelalaian, mendekatkan diri kepada Allah serasa rumit dan susah untuk dilakukan apalagi oleh kita para pemuda yang masih ditahap mencari jati diri. Dalam prosesnya, terkadang kita salah dalam melangkah sehingga sulit diperbaiki karena terlalu jauh membawa diri ke hal yang sia-sia.  Namun apa salahnya tuk Kembali?

Mungkin ada masanya dalam hidup, kita merasa begitu jauh dari Allah. Shalat terasa hampa, doa seperti tak berjawab, dan hati semakin kosong meski dunia terus kita kejar. Tapi ketahuilah—tidak ada kata ‘terlambat’ untuk kembali kepada-Nya. Allah bukan hanya Maha Pengampun, Dia juga Maha Menanti. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk kembali, akan diganjar dengan rahmat yang besar. Bahkan ketika hati kita penuh luka, penuh penyesalan, itulah momen terbaik untuk mendekat. Karena justru di saat itulah hati menjadi lebih lembut, lebih jujur, dan lebih siap untuk menerima cahaya-Nya.

Sudah seharusnya kita mulai mengupgrade ibadah kita yang semula malas-malasan dan semaunya menjadi lebih berkualitas. Kita yang dulunya hanya berfikiran yang penting ibadah, mulailah berfikir bahwa ibadah itu penting. Apalagi kita sudah memasuki bulan yang diagungkan, yaitu bulan dzulhijjah. Mengapa bulan Dzulhijjah diagungkan? Karena bulan ini masuk dalam kategori empat bulan yang dimuliakan, hal ini tercantum dalam QS. At-Taubah : 36.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Fajr (89): 1-2

وَٱلۡفَجۡرِ • وَلَيَالٍ عَشۡرٍ

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.”

Mayoritas ulama tafsir, termasuk Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan Al-Fakhrur Razi, menafsirkan “Malam-malam yang sepuluh” ini sebagai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Lalu apa saja yang harus dilakukan sebagai upaya meng-upgrade ibadah dan iman kita? Terdapat beberapa amalan yang rugi apabila kita tak mengamalkannya, diantaranya :

  1. Berpuasa pada 10 hari  pertama bulan Dzulhijjah

Berpuasa di 10 hari pertama merupakan amalan yang utama dan sangat dianjurkan, karena Puasa di 10 hari pertama Dzulhijjah adalah salah satu cara terbaik untuk menghidupkan amalan di hari-hari yang dicintai Allah. Puasa ini merupakan Langkah konkret untuk upgrade ibadah dan  reset jiwa kita mendekati hari raya idul Adha. Hal ini tercantum dalam hadits Nabi yang berbunyi :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ أَنَّهُ قَالَ: مَا الْعَمَلُ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ أَفْضَلَ مِنَ الْعَمَلِ فِى هَذِهِ قَالُوا وَلاَ الْجِهَادُ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَىْءٍ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amal ibadah yang lebih utama selain yang dikerjakan pada sepuluh hari ini (maksudnya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah)”. Para sahabat bertanya: “Apakah sekalipun jihad di jalan Allah?”. Rasulullah SAW menjawab: “Sekalipun dari jihad. Kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan diri dan hartanya, lalu tidak ada sedikitpun yang pulang dari padanya” (HR. Bukhari).

  • Menghidupkan malam sepuluh hari pertama

Menghidupkan malam berarti mengisi waktu malam dengan ibadah, bukan hanya terjaga secara fisik, tetapi juga menghidupkan ruhani dengan amalan seperti shalat malam, membaca Al-Qur’an, memperbanyak berdzikir, dan ibadah-ibadah lainnya.

  • Memperbanyak berdzikir kepada Allah SWT

Memperbanyak tahlil, tahmid, dan takbir di bulan Dzulhijjah adalah ibadah ringan yang mendatangkan cinta Allah dan menghidupkan jiwa. Hari-hari ini adalah waktu emas yang tidak boleh dibiarkan berlalu tanpa dzikir yang menyucikan dan menguatkan hati.

  • Puasa Tarwiyah dan Arafah

Puasa tarwiyah adalah amalan berpahala besar yang dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah, yaitu sehari sehari sebelum hari Arafah.  Puasa ini sangat dianjurkan untuk dilakukan untuk merasakan nikmatnya para Jemaah haji yang sedang melakukan ibadah. 

وفي الجواهر يستحب صوم تاسوعاء ويوم التروية وقد ورد صوم يوم التروية كصيام سنة وصوم الأشهر الحرم وشعبان وعشر ذي الحجة وقد روي أن صيام كل يوم منها يعدل سنة

Artinya: “Menurut pendapat ulama mayoritas, berpuasa pada hari Tasu’a dan Tarwiyah disunnahkan. Sesungguhnya sudah disebutkan bahwa berpuasa pada hari Tarwiyah sama dengan puasa satu tahun, berpuasa pada bulan Haram dan Sya’ban, Dzulhijjah. Dan sesungguhnya diriwayatkan bahwa berpuasa pada hari-hari tersebut setara dengan setahun.” (Al-Qarafi, Adzakhirah Lil Qarafi, [beirut: Darul Gharab Al-Islami: 1994], Juz 2, Hal 530)

Sementara itu, puasa Arafah adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keistimewaan bahwa siapa yang mengamalkannya, maka dosanya akan dilebur dua tahun yang lalu. Seperti yang tercantum dalam hadits,

عن أبي قتادة، قال: سئل رسول الله ﷺ: عن صوم يوم عرفة؟ قال: “يكفر السنة الماضية والباقية”.( رواه مسلم)

 Artinya: “Dari Abi Qatadah, berkata suatu ketika Nabi saw ditanya: bagaimana pendapatmu wahai Nabi mengenai puasa hari Arafah? Nabi menjawab: Puasa tersebut akan melebur dosa yang lampau maupun akan datang.” (HR. Imam Muslim)

  • Beramal Shalih

Salah satu amalan yang sangat dicintai Allah adalah beramal baik di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Seperti yang diriwayatkan dalam hadits :

قوله ﷺ: ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام

Artinya: “Nabi Muhammad saw bersabda: beramal shalih di saat sepuluh hari pertama merupakan amal yang sangat disukai oleh Allah.” (HR. Imam Ahmad).

Kini, saatnya kita menjadikan 10 hari mulia ini sebagai titik balik. Bukan hanya untuk memperbaiki rutinitas ibadah, tapi juga untuk menghidupkan hati yang mungkin mulai redup oleh dunia. Inilah momen langka yang Allah hamparkan setiap tahun — sebagai kesempatan untuk kembali, berbenah, dan bertumbuh.

Jangan tunggu sempurna untuk memulai. Mulailah dari yang kecil, tapi konsisten. Nyalakan kembali semangat doa, bangun malam-malam yang tenang untuk berdzikir, bersihkan hati lewat istighfar, dan tebarkan kebaikan yang menyejukkan sekitar. Setiap langkah kecil di hari-hari ini bisa menjadi lompatan besar dalam perjalanan spiritual kita.

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *