Muzabbid memiliki seekor ayam jantan yang sangat disukainya dan tinggal bersamanya selama beberapa tahun. Saat Idul Adha tiba, ia tidak punya uang. Rumahnya kosong. Muzabbid yang berangkat untuk salat Idul Adha meminta istrinya untuk menyembelih ayam jantan itu dan menyiapkannya untuk menjamu para tamu.
Istrinya berusaha menangkap ayam itu. Namun, ia kesulitan karena ayam jantan itu terus berlari ke sana kemari sambil berkokok nyaring hingga kabur ke rumah tetangga. Akibat ulah itu, rumah Muzabbid tampak Berantakan. Perabotan rumah jatuh dan pecah; tanah dan batu berserakan di mana-mana. Ketika tetangganya bertanya mengapa ia mengejar ayam tersebut, ia menuturkan permintaan suaminya. Mereka berkata,”Kami tidak tega kemiskinan memaksa Muzabbid menyembelih ayamnya.” Para tetangga Muzabbid adalah orang yang kaya dan dermawan. Ada yang mengirimkan seekor domba, ada yang mengirimkan seekor sapi pada keluarga Muzabbid, ada pula yang menyembelihkan dua ekor domba. Mereka seakan berlomba-lomba untuk membantu sehingga rumah Muzabbid disesaki domba dan sapi. Istri Muzabbid menyiapkan panci besar dan menyalakan api untuk memasak.
Usai salat Idul Adha, Muzabbid pulang ke rumah dan bertanya kenapa ada banyak hewan. Istrinya menceritakan apa yang terjadi. Muzabbid senang bukan kepalang sehingga berkata kepada istrinya,”Jagalah baik-baik ayam jantan ini! Allah telah mengganti Ismail dengan seekor domba—dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang besar (QS 37: 107). Sedangkan pengganti ayam jantanku adalah domba dan sapi yang banyak.
Dikutip dari Hasan Taşdelen: Tertawa Bersama Al-Qur’an, Menangis Bersama Al-Qur’an dengan beberapa penyesuaian.