Oleh: Neswa Anisa Putri
Nilai tukar mata uang merupakan salah satu hal penting dalam perekonomian yang mencerminkan suatu kekuatan dan kestabilan ekonomi itu sendiri. Nilai tukar merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan guna mendapatkan uang dari negara lain. Nilai ini bersifat tidak tetap atau selalu berfluktuasi setiap hari bahkan detik. Fluktuasi yang dialami oleh nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari eksternal maupun internal seperti masalah domestik suatu negara. Sebagai contoh jika hari ini kita ingin menukarkan Rupiah dengan Dolar Amerika, namun kita harus mengeluarkan uang yang jauh lebih banyak daripada jika kita menukarkannya pada sebulan yang lalu. Maka hal itu disebut pelemahan, tidak heran jika nilai tukar juga disebut sebagai harga diri keuangan suatu negara.
Beberapa bulan terakhir, nilai tukar rupiah kita terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Tentunya hal ini menjadi perhatian khusus, baik bagi pemerintah maupun pelaku pasar keuangan dan masyarakat luas. Fluktuasi nilai tukar merupakan sesuatu yang sangat wajar, namun apabila sudah menunjukkan penurunan yang berkelanjutan dalam waktu yang relatif lama, hal tersebut bisa disebut sebagai ancaman bagi stabilitas ekonomi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, nilai tukar rupiah dengan Dollar Amerika pada tahun 2022 sebesar Rp 14.269, pada tahun 2022 menunjukkan angka sebesar Rp15.731, pada tahun 2023 mengalami sedikit penurunan dengan menunjukkan angka Rp15.416. Perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah per 19 April 2024, menunjukkan bahwa rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.230 per dolar Amerika Serikat.
![](http://sites.unnes.ac.id/kimefe/wp-content/uploads/sites/2/2024/06/ts.png)
Dalam sisi global, nilai tukar mata uang kerap kali dipengaruhi oleh kebijakan negara besar, terutama Amerika Serikat. Aksi Iran menyerang Israel juga mendorong Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga yang tinggi. Selain itu, terdapat ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi harga komoditas yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Contohnya adalah konflik Palestina dan Israel, Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi perdagangan dunia. Apalagi, Indonesia merupakan negara yang bergantung pada Global Trade, khususnya pada sektor perminyakan dan ekspor tambang yang dipengaruhi oleh negara-negara komoditas. Dibuktikan langsung dengan kurs yang berfluktuasi sebanyak 0,6% selang konflik tersebut terjadi, transaksi sebelumnya menunjukkan kurs Rp 14.391 per dolar Amerika Serikat menjadi Rp14.283, hal ini menunjukkan apresiasi jangka pendek nilai tukar rupiah yang secara langsung juga membuktikan kesensitifan mata uang itu sendiri.
Sedangkan di sisi domestik, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi berperan penting dalam kekuatan nilai tukar mata uang negara kita. Seperti melemahnya daya beli masyarakat Indonesia, kinerja ekspor menurun yang dibarengi dengan impor yang semakin hari semakin tinggi kapasitasnya. Apalagi sejak awal, Rupiah adalah soft currency yang berarti bahwa Rupiah sangat jarang digunakan sebagai alat pembayaran skala global dikarenakan pergerakannya sensitive dan perekonomian negaranya tidak kuat dan stabil. Tidak lupa dengan pemerintah dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang juga memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan nilai tukar.
Sesuatu yang bisa diperhatikan masyarakat adalah ketika rupiah melemah, maka harga minyak akan turut naik. Hal ini dikarenakan banyak sekali barang pokok di Indonesia yang berasal dari kegiatan impor, akibatnya barang-barang impor ini akan turut naik harganya ketika rupiah melemah. Maka, upaya yang diharapkan dari pemerintah adalah menjaga daya beli sehingga kegiatan rumah tangga ini dapat membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Upaya ini dapat diimplementasikan dengan pengalokasian belanja yang lebih banyak untuk subsidi energi dan bantuan sosial. Cara lainnya adalah dengan menaikkan suku bunga, jika suku bunga naik maka masyarakat cenderung menyimpan uang di Bank. Kedua cara tersebut cenderung menurunkan tingkat peredaran uang dalam negeri sehingga dapat menekan laju pertumbuhan inflasi. Namun upaya tersebut berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi.
Demi mendukung upaya pemerintah maka sebagai rakyat Indonesia, kita dapat membantu mendongkrak kembali nilai tukar dengan beberapa cara berikut:
- Membeli produk dalam negeri
Meningkatnya daya beli masyarakat pada produk lokal membuat perekonomian melaju secara efektif. Mengingat kembali saat krisis 1998, sektor UMKM yang tidak terpengaruh oleh dolar Amerika Serikat berhasil menyelamatkan perekonomian Indonesia
- Berinvestasi dalam negeri
Berinvestasi dalam negeri terutama produk dari pemerintah akan membantu Indonesia dalam mendongkrak kembali rupiah, kita bisa memilih untuk berinvestasi pada instrumen yang tidak terdampak oleh dolar AS seperti surat utang negara atau SUN.
- Bepergian dengan transportasi public
Menggunakan public transportation dapat menghemat penggunaan BBM sehingga Indonesia akan lebih sedikit mengeluarkan dananya untuk mengimpor bahan baku dari luar negeri selagi rupiah dalam keadaan lemah.
- Menikmati wisata dalam negeri
Menambah devisa negara melalui wisata dalam negeri juga efektif dalam memperkuat perekonomian dalam negeri. Apalagi jika dibandingkan dengan wisata luar negeri, uang yang perlu dikeluarkan relatif lebih rendah karena tiket wisata luar negeri mengalami kenaikan sebab terafiliasi oleh dolar AS.
Bagi negara, nilai tukar yang kompetitif dapat meningkatkan daya saing ekspor, sementara bagi masyarakat, stabilitas nilai tukar membantu menjaga daya beli dan kesejahteraan. Oleh karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau dan mengelola nilai tukar dengan kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan meminimalkan dampak negatif dari fluktuasi nilai tukar. Tidak lupa dengan bantuan kita sebagai rakyat Indonesia dalam penguatan nilai tukar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2024. Kurs Tengah Beberapa Mata Uang Asing Terhadap Rupiah di Bank Indonesia dan Harga Emas di Jakarta (Rupiah), 2021-2023. Diakses pada 25 Mei 2024. https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/Mjg0IzI=/kurs-tengah-beberapa-mata-uang-asing-terhadap-rupiah-di-bank-indonesia-dan-harga-emas-di-jakarta–rupiah-.html
Departemen Komunikasi Bank Indonesia. 2024. Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (19 April 2024). Diakses pada 24 Mei 2024. https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_267624.aspx
Gayatri, Allysa.S.D. 2024. Penyebab Rupiah Melemah. Diakses pada 20 Mei 2024. https://www.detik.com/jatim/bisnis/d-7300270/penyebab-rupiah-melemah
Otoritas Jasa Keuangan. 2020. Ayo Bantu Pemerintah Menguatkan Nilai Tukar Rupiah Dengan Cara Sederhana Ini. Diakses pada 19 Mei 2024. https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10459
Sakir, A & Zainul, Zaida.R. & Zulkifli. (2020). Faktor-Faktor Penyebab Pelemahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi.
Singgih, Viriya. 2024. Memahami Dampak Berantai Pelemahan Rupiah-โHarga Barang Impor Naik, Inflasi Tinggi, Daya Beli Melemah. Diakses pada 25 Mei 2024. https://www.bbc.com/indonesia/articles/c4n1rgwe14no#:~:text=Pelemahan%20rupiah%20dikhawatirkan%20membuat%20harga,Masyarakat%20(LPEM)%20Universitas%20Indonesia.