Membaca Kembali Pertumbuhan Ekonomi Indonesia melalui Kacamata Generasi yang Masih Menunggu Giliran Sejahtera

Oleh : Artanti Nur Azizah Putri

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,12 % secara tahunan (year-on-year) pada triwulan II-2025, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,87 %. Namun, capaian tersebut belum sepenuhnya sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia tercatat sebesar 4,76% dari total 153,05 juta angkatan kerja, atau setara dengan sekitar 7,28 juta orang yang belum memiliki pekerjaan tetap.

Kesenjangan paling mencolok terlihat pada kelompok usia muda. Dilansir dari Booklet Sakernas, sampai dengan bulan Februari 2025, TPT usia muda (15โ€“24 tahun) mencapai 16,16%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk muda yang telah masuk angkatan kerja, sekitar 16 orang masih menganggur. Jika dibandingkan dengan total populasi usia muda yang mencapai 44,26 juta orang, maka jumlah pengangguran di kelompok ini diperkirakan sekitar 3,6 juta orang. 

Fenomena ini memperlihatkan bahwa masalah ketenagakerjaan di Indonesia tidak sekedar persoalan jumlah, melainkan juga kualitas dan ketimpangan kesempatan kerja. Banyak lulusan baru akhirnya bekerja di sektor informal dengan penghasilan yang tidak menentu dan tanpa jaminan sosial. Pekerjaan seperti ojek daring, kurir, dan pekerja lepas kini menjadi pilihan utama bagi sebagian anak muda, bukan lagi sekadar pekerjaan sementara. (Pramana & Sugiyanto, 2024) 

Sektor informal memang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, tetapi kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan masih terbatas karena keterbatasan akses terhadap layanan keuangan formal, teknologi, pelatihan keterampilan, serta dukungan infrastruktur menjadi hambatan utama yang menghalangi peningkatan produktivitas dan pertumbuhan sektor ini. Disamping itu, para pekerja di sektor informal umumnya tidak memperoleh perlindungan sosial yang memadai, seperti asuransi kesehatan, program pensiun, maupun jaminan pengangguran, sehingga posisi mereka menjadi rentan terhadap berbagai risiko ekonomi maupun kesehatan. (Powatu, 2024)

Tantangan yang dihadapi tenaga kerja di era digital semakin kompleks seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi. Para pekerja kini dituntut untuk memiliki keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan industri modern, seperti kemampuan mengoperasikan teknologi digital, memahami sistem otomatisasi, hingga beradaptasi dengan penggunaan kecerdasan buatan. Namun, tidak semua pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan kompetensi tersebut. (Syahbani et al., 2025) Kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan pasar kerja di Indonesia menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran, khususnya di kalangan lulusan muda. (Ardhana et al., 2025)

Tingginya tingkat pengangguran berdampak langsung pada penurunan produktivitas nasional karena potensi tenaga kerja yang tersedia tidak dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini menghambat laju pembangunan ekonomi dan menurunkan kinerja sektor produktif.  Selain itu, pengangguran yang tinggi juga menambah beban bagi pemerintah, terutama dalam penyediaan program bantuan sosial dan tunjangan bagi masyarakat yang terdampak. Dampak ini memperbesar tekanan terhadap sumber daya fiskal negara dan membatasi ruang fiskal pemerintah untuk membiayai program-program pembangunan dan inisiatif pertumbuhan ekonomi lainnya. (Ahmad, 2024)

Tingkat pengangguran yang tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, menurunkan daya beli masyarakat, serta memperparah tingkat kemiskinan. (Choiri et al., 2025) Pengangguran juga membawa konsekuensi sosial yang signifikan. Kehilangan pekerjaan tidak hanya menurunkan kualitas hidup individu, tetapi juga meningkatkan risiko stres, gangguan kesehatan mental, serta memperlebar kesenjangan sosial. Kondisi ini dapat memperburuk kemiskinan dan mengancam stabilitas sosial, menjadikan pengangguran bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga cerminan ketimpangan dalam hasil pembangunan. (Ahmad, 2024)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini tampak kuat perlu dilihat lebih kritis. Peningkatan PDB tidak otomatis berarti peningkatan kesejahteraan apabila tidak diikuti oleh penciptaan lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan. Pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor swasta perlu bersinergi untuk memperkecil skill mismatch serta memastikan sistem ketenagakerjaan yang inklusif di era digital. Pertumbuhan ekonomi sejati bukan hanya tentang angka yang meningkat, tetapi tentang sejauh mana pertumbuhan itu mampu memberi makna bagi kehidupan masyarakat yang bekerja keras di baliknya.

REFERENSI

Ahmad, U. S. (2024). DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DIINDONESIA. Brilliant: Journal of Islamic Economics and Finance, 2(2).

Ardhana, A. Y. A., Syazeedah, H. N. U., Fitriyaningrum, R. I., & Gunawan, A. (2025). Analisis Ketidaksesuaian antara Pendidikan dengan Kebutuhan Dunia Kerja di Indonesia. Kompeten: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 3(4), 1020โ€“1026. https://doi.org/10.57141/kompeten.v3i4.156 

Badan Pusat Statistik. (2025, May 5). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,76 persen. Rataโ€“rata upah buruh sebesar 3,09 juta rupiah. https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2025/05/05/2432/tingkat-pengangguran-terbuka–tpt–sebesar-4-76-persen–rata-rata-upah-buruh-sebesar-3-09-juta-rupiah-.html 

Choiri, A., Wibowo, W., Arifa, I., & Aminuddin. (2025). Dampak Pengangguran dan Ketimpangan Sosial Terhadap Stabilitas Ekonomi, Sosial, dan Politik di Indonesia. J-CEKI:Jurnal Cendekia Ilmiah, 4.

Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan. (2025). Booklet Sakernas Februari 2025 (1st ed., Vol. 8). Badan Pusat Statistik.

CNBC Indonesia. (2025, July 20). Sedih! Setengah dari Pengangguran RI adalah Anak Muda, Jumlah Jutaan. Https://Www.Cnbcindonesia.Com/Research/20250720105302-128-650622/Sedih-Setengah-Dari-Pengangguran-Ri-Adalah-Anak-Muda-Jumlah-Jutaan

Powatu, V. R. A. (2024). Peran Sektor Informal dalam Ekonomi Nasional.

Pramana, R. L., & Sugiyanto. (2024). TANTANGAN PEMERINTAHINDONESIADALAM MENGHADAPI GIG ECONOMY. JEBI: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2

Syahbani, R., Dyas, A., Arinda, N. P., Revalina, A., & Surya Kusuma, A. (2025). Perubahan Karakter Pengangguran di Era Digital Tantangan dan Implikasi Kebijakan Untuk Pertumbuhan Inklusif. Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 02. https://doi.org/10.5281/zenodo.15655175 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *