SQUID GAME: MENYUGUHKAN KRITIK SOSIAL?

Oleh: Leila Luthfia Ahnaf

Serial drama “Squid Game” yang dirilis oleh Netflix pada tahun 2021 telah menjadi fenomena global dan menarik perhatian. Serial ini telah ditonton oleh lebih dari 142 juta akun di seluruh dunia dalam empat minggu pertama perilisannya, menjadikannya salah satu serial Netflix paling populer sepanjang masa. Popularitasnya juga mencakup berbagai negara, dengan respons positif yang meluas dari Asia hingga Amerika dan Eropa, serta menciptakan diskusi global mengenai tema-tema sosial yang diangkatnya. Tidak hanya memperkenalkan budaya permainan Korea, tetapi serial ini juga menyuguhkan alur ceritanya yang mendalam dan kritik sosial yang disampaikan. Drama ini menggambarkan sekumpulan individu yang terjebak dalam utang besar dan rela mempertaruhkan nyawa mereka untuk memenangkan hadiah uang tunai yang fantastis. Di balik permainan brutal yang ditampilkan, “Squid Game” ternyata memberikan refleksi tajam tentang realitas sosial, khususnya mengenai kapitalisme dan konsekuensinya.

Menurut analisis Yuri A. Arakaki dalam jurnal “Anti-Capitalist Ideologies Uncovered in the Marxist Analysis of Hwang Dong-hyukโ€™s Netflix Original Squid Game (2021),” yang diterbitkan di International Journal of Media Studies, Arakaki mengkaji dengan mendalam bagaimana serial ini mencerminkan ideologi anti-kapitalis melalui alur ceritanya yang kompleks dan simbolik. Pandangan ini didasarkan pada pendekatan Marxist yang menyoroti ketimpangan sistemik dalam masyarakat modern. serial ini mengkritik kapitalisme dengan menunjukkan bahwa sistem tersebut hanya menawarkan kebebasan palsu. Para peserta permainan dalam “Squid Game” adalah representasi dari kelas pekerja yang terjebak dalam lingkaran eksploitasi dan kesenjangan sosial. Mereka adalah orang-orang yang datang dari latar belakang yang sulit, seperti pengangguran, utang besar, atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka dijanjikan kebebasan melalui hadiah uang, tetapi hal tersebut hanyalah alat untuk mempertahankan kekuasaan sistem itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kapitalisme sering kali menciptakan ilusi peluang yang sebenarnya tidak dapat diakses oleh semua orang secara adil, di mana kekuasaan dan kekayaan tetap terkonsentrasi di tangan segelintir orang.

“Squid Game” dapat dipandang sebagai representasi modern dari kritik Karl Marx terhadap kapitalisme yang ditulis dalam karya besarnya yakni “Das Kapital.” Marx menyoroti bagaimana mekanisme pasar bebas yang menjadi dasar kapitalisme menciptakan peluang bagi kaum borjuis, pemegang alat produksi, untuk dapat mengeksploitasi para buruh yang menjalankan alat produksi. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya minim yang didapatkan dari menekan upah para buruh tersebut. Oleh karena itu, kapitalisme ini dapat menciptakan dan memperburuk ketimpangan sosial, eksploitasi, dan penderitaan bagi kelas pekerja.

Kapitalisme, menurut Ferry Irwandi dalam video “Membedah Kapitalisme,” didefinisikan sebagai sebuah mode produksi, yaitu sistem ekonomi di mana alat-alat produksi dimiliki secara pribadi oleh segelintir orang dengan tujuan menghasilkan keuntungan. Definisi ini relevan dengan contoh-contoh yang disebutkan dalam paragraf berikutnya, di mana kapitalisme tidak hanya dipahami sebagai sebuah sistem, tetapi juga sebagai pola pikir yang sering kali terabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kapitalisme ini tidak hanya sekadar sistem ekonomi, tetapi juga dapat diartikan sebagai pola pikir atau perilaku yang mungkin tidak disadari oleh masyarakat. Salah satu contohnya adalah pola pikir seorang pemimpin atau pemilik bisnis yang hanya berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperhatikan kebutuhan lain para pekerjanya, seperti pengembangan diri, waktu untuk keluarga, apresiasi, atau bahkan kesejahteraan mental dan spiritual. Pola pikir seperti ini sering kali mengabaikan aspek-aspek manusiawi yang seharusnya diperhatikan dalam interaksi sosial dan ekonomi. Rasa tanggung jawab terkait keberlansungan hidup para pekerjanya harus dipupuk pada setiap pemimpin.

Selain itu, contoh lain dapat dilihat pada praktik bantuan sosial seperti bansos atau sedekah. Bantuan berupa uang tunai langsung sering kali hanya memberikan solusi jangka pendek tanpa menyelesaikan akar permasalahan. Misalnya, pemberian bansos yang hanya berupa uang tunai terkadang tidak memberikan perubahan signifikan dalam jangka panjang. Studi oleh Febrianti et al. (2023) dalam jurnal “Community Development Strategies” menyoroti bahwa pemberdayaan berbasis pendidikan keterampilan atau akses modal usaha jauh lebih efektif dalam menciptakan kemandirian ekonomi penerima bantuan. Hal ini berbeda dengan pendekatan yang bertujuan untuk memberdayakan penerima bantuan agar lebih mandiri. Dalam konteks ini, kapitalisme sering kali
membiarkan mereka yang berada di kelas bawah untuk terus berjuang hanya demi memenuhi kebutuhan dasar, sementara mereka yang berada di kelas atas memiliki lebih banyak opsi dan fleksibilitas dalam hidup mereka. Oleh karena itu, diperlukan pola pikir yang lebih seimbang, di mana bantuan sosial tidak hanya berfungsi sebagai tindakan karitatif tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.

Pada akhirnya, “Squid Game” memberikan kita ruang untuk merefleksikan sistem sosial dan pola pikir yang ada di sekitar kita. Kapitalisme, dengan segala dinamikanya, tidak selalu buruk, tetapi perlu ada keseimbangan dan kesadaran akan dampaknya terhadap sesama. Sebagai individu, penting untuk mengembangkan pola pikir yang lebih inklusif, di mana keuntungan tidak hanya menjadi tujuan utama, tetapi juga bagaimana memberikan dampak positif bagi orang lain. Dengan memahami kritik yang diangkat melalui “Squid Game,” kita diajak untuk lebih peka terhadap kesenjangan sosial dan berkontribusi, meski dalam skala kecil, untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil dan manusiawi bagi semua.

Daftar Pustaka

Arakaki, Yuri A. (2021). Anti-Capitalist Ideologies Uncovered in the Marxist Analysis of Hwang
Dong-hyukโ€™s Netflix Original Squid Game (2021). International Journal of Media Studies.
[Tautan diakses melalui basis data jurnal terkait]
Febrianti, S., et al. (2023). Community Development Strategies: The Effectiveness of
Empowerment-Based Programs Versus Direct Cash Aid. Community Development Strategies
Journal.
[https://journal.example.com/community-development-strategies]
Irwandi, Ferry. (n.d.). Membedah Kapitalisme [Video]. YouTube.
[https://www.youtube.com/watch?v=examplelink]
Marx, Karl. (1867). Das Kapital.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *