Pembangunan ekonomi yang pesat sering kali disertai dengan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, seperti deplesi sumber daya alam yang cepat dan meningkatnya emisi gas rumah kaca. Suhu yang meningkat telah menyebabkan perubahan pada sistem manusia dan alam, termasuk kejadian cuaca ekstrem yang sering terjadi dan hilangnya keanekaragaman hayati (DโOrazio, 2022). Seiring dengan itu, masalah ekologi yang serius dan krisis energi yang muncul mengancam keberlanjutan pembangunan umat manusia (Wu dkk., 2021). Dalam konteks ini, konsep pembangunan berkelanjutan yang pertama kali diperkenalkan oleh The World Commission on Environment and Development (WCED) pada tahun 1987 menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menghadapi tantangan ini, green finance muncul sebagai salah satu solusi yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan atau SDGs (Sustainable Development Goals). Green finance berfokus pada alokasi sumber daya ekonomi dan keuangan untuk proyek yang melindungi lingkungan, mengendalikan polusi, serta mendukung pembangunan sosial yang berkelanjutan (Mohd & Kaushal, 2018).
Green Finance dan Green Bonds sebagai Instrumennya
Sebagai mekanisme pembiayaan, green finance digunakan untuk mendanai inisiatif yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan, seperti energi terbarukan, efisiensi energi, dan pencegahan polusi (Azhgaliyeva dkk., 2020). Salah satu instrumen utama dalam green finance adalah obligasi hijau yang bertujuan untuk mendanai proyek-proyek ramah lingkungan, dengan fokus pada mitigasi risiko serta pengembalian investasi yang seimbang antara generasi saat ini dan masa depan. Berbeda dengan obligasi konvensional, green bonds berfokus pada proyek-proyek yang terkait dengan pengurangan dampak lingkungan dan pengembangan energi berkelanjutan.
Sejak diperkenalkan pada 2007 oleh European Investment Bank, green bonds telah berkembang menjadi industri global bernilai triliunan dolar, dengan banyak perusahaan besar seperti Apple, Google, dan Toyota yang menggunakannya untuk mendanai proyek-proyek hijau. Penggunaan green bonds sebagai alat pembiayaan dalam proyek efisiensi energi semakin populer. Raberto dkk. (2019) mengungkapkan bahwa peluang investasi hijau, termasuk melalui green bonds dapat mempercepat transisi menuju metode produksi yang lebih hemat energi. Bahkan, dalam konteks internasional, penerbitan green bonds terus meningkat tidak hanya di negara maju seperti China dan Korea Selatan, tetapi juga di negara-negara E7 yang menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam pasar green bonds mereka (Tolliver dkk., 2021).
Pengaruh Green Finance terhadap Efisiensi Energi
Pentingnya green finance dalam efisiensi energi semakin mendapat perhatian. Green finance digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki tujuan lingkungan, seperti energi terbarukan, efisiensi energi, dan pencegahan polusi (Azhgaliyeva dkk., 2020). Selain itu, pengaruh positif green finance terhadap efisiensi energi juga ditemukan dalam penelitian Peng & Zheng (2021) yang mengidentifikasi bahwa green finance memiliki efek promosi yang signifikan terhadap efisiensi energi yang berkontribusi pada pengurangan biaya energi dan emisi karbon, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih hijau. Dalam penelitiannya, Pavlyk (2020) juga mengungkapkan bahwa green finance tidak hanya mendorong penggunaan energi terbarukan tetapi juga meningkatkan efisiensi energi.
Pengaruh Green Finance terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sebagai mekanisme pembiayaan yang berfokus pada tujuan lingkungan, green finance mendorong investasi pada proyek-proyek energi terbarukan, efisiensi energi, dan pengurangan emisi karbon. Investasi ini tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi baru, terutama di kawasan dengan kebutuhan energi yang terus meningkat. Di Asia, misalnya, terdapat pergeseran signifikan dalam horizon investasi, di mana banyak negara mulai mengadopsi green finance sebagai strategi utama untuk memperkuat perekonomian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan (Azhgaliyeva dkk., 2020).
Tantangan Pembiayaan Proyek Hijau
![](https://sites.unnes.ac.id/kimefe/wp-content/uploads/sites/2/2025/01/image-1.png)
Bagan Investasi Tahunan dalam Energi Terbarukan, Efisiensi Energi, dan Teknologi Lainnya, 2015 โ 2022. (Sumber: International Renewable Energy Agency, 2023)
Meskipun investasi global dalam teknologi transisi energi terus meningkat, skala pendanaan yang tersedia masih jauh dari kebutuhan untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan. International Renewable Energy Agency (IRENA) menekankan bahwa investasi tahunan perlu setidaknya empat kali lipat untuk menjaga dunia tetap berada pada jalur transisi energi yang sesuai dengan skenario 1,5ยฐC. Menurut laporan yang dirilis International Renewable Energy Agency (IRENA), investasi global dalam teknologi transisi energi, seperti energi terbarukan, efisiensi energi, transportasi berbasis listrik, penyimpanan energi, dan hidrogen, mencapai rekor tertinggi sebesar USD 1,3 triliun pada tahun 2022. Meskipun jumlah ini mencerminkan peningkatan signifikan sebesar 19% dibandingkan tahun sebelumnya, skala investasi tersebut masih belum memadai. Untuk mencapai target transisi energi sesuai skenario 1,5ยฐC, dunia memerlukan komitmen investasi tahunan rata-rata lebih dari USD 5 triliun hingga 2030.
โ
Daftar pustaka
Azhgaliyeva, D., Kapoor, A., & Liu, Y. (2020). Green bonds for financing renewable energy and energy efficiency in South-East Asia: a review of policies. Journal of Sustainable Finance & Investment, 10(2), 113โ140.
Babic, M. (2024). Green finance in the global energy transition: Actors, instruments, and politics. Energy Research & Social Science, 111, 103482. https://doi.org/10.1016/j.erss.2024.103482
DโOrazio, P. (2022). Mapping the emergence and diffusion of climate-related financial policies: Evidence from a cluster analysis on G20 countries. International Economics, 169, 135โ147. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.inteco.2021.11.005
IRENA and CPI (2023), Global landscape of renewable energy finance, 2023, International Renewable Energy Agency, Abu Dhabi.
Liu, H., Yao, P., Latif, S., Aslam, S., & Iqbal, N. (2022). Impact of Green financing, FinTech, and financial inclusion on energy efficiency. Environmental Science and Pollution Research, 29(13), 18955โ18966. https://doi.org/10.1007/s11356-021-16949-x
Mohd, S., & Kaushal, V. K. (2018). Green finance: a step towards sustainable development. MUDRA: Journal of Finance and Accounting, 5(1), 59โ74.
Pavlyk, V. (2020). Assessment of green investment impact on the energy efficiency gap of the national economy.
Peng, J., & Zheng, Y. (2021). Does environmental policy promote energy efficiency? Evidence from China in the context of developing green finance. Frontiers in Environmental Science, 9, 733349.
Raberto, M., Ozel, B., Ponta, L., Teglio, A., & Cincotti, S. (2019). From financial instability to green finance: the role of banking and credit market regulation in the Eurace model. Journal of Evolutionary Economics, 29, 429โ465.
Tolliver, C., Fujii, H., Keeley, A. R., & Managi, S. (2021). Green innovation and finance in Asia. Asian Economic Policy Review, 16(1), 67โ87.
Wang, K.-H., Zhao, Y.-X., Jiang, C.-F., & Li, Z.-Z. (2022). Does green finance inspire sustainable development? Evidence from a global perspective. Economic Analysis and Policy, 75, 412โ426. https://doi.org/10.1016/j.eap.2022.06.002
Wu, Z., Wang, J., Yin, B., Hou, J., Feng, X., & Pang, W. (2021). The exploration and practice of creating the green development of coal enterprises. E3S Web of Conferences, 275, 02021. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202127502021