Dinn Wahyudin: Banyak Potensi Riset tentang Kurikulum Perlu Didukung Penguasaan Basis Metodologis yang Kuat

Semarang – Terbukanya peluang riset terkait kurikulum, terutama dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka di era digital menjadi sorotan tersendiri dari pembicara kedua pada sesi diskusi pembukaan the 1st Symposium on Curriculum and Educational Technology (SOCAET) (26/7/2024). Dalam presentasinya yang berjudul “Foundation and Direction of Curriculum Research in Digital Era,” Prof. Wahyudin mengeksplorasi berbagai dimensi penting dari penelitian kurikulum di era digital, menyampaikan wawasan mendalam tentang bagaimana pendidikan dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat.

Prof. Dinn juga menekankan pentingnya kompetensi literasi dalam berbagai bentuk, termasuk literasi manusia, literasi religius, literasi teknologi, dan literasi digital. Kompetensi ini tidak hanya mencakup kemampuan teknis, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang bagaimana menggunakan teknologi secara etis dan efektif. Dalam hal ini, ia juga menyoroti kompetensi spiritual, yang mencakup penghayatan dan pengamalan ajaran agama, serta penerapan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai dalam masyarakat yang beragam.

Secara lebih mendalam, Prof. Dinn mengajukan beberapa karakteristik riset kurikulum yang harus mempertimbangkan berbagai aspek, seperti pendekatan sistematis, logis, dan terstruktur, serta metode induktif dan deduktif. Beliau menekankan pentingnya integrasi antara sumber daya akademik, praktis, dan teknologi untuk memperkuat ekosistem riset. Ini mencakup sinergi antara universitas, lembaga riset, industri, dan pemerintah dalam mendukung inovasi dan pengembangan kurikulum.

Dalam konteks pendidikan tinggi di era digital, Prof. Dinn mengidentifikasi tantangan dan peluang yang dihadapi. Ia menyoroti peran teknologi digital dalam mentransformasi pembelajaran melalui penggunaan platform digital, seperti Learning Management Systems (LMS), dan pembelajaran berbasis internet. Prof. Dinn juga membahas perlunya fleksibilitas dan pendekatan campuran (hybrid) dalam pendidikan, yang mencakup kombinasi antara pembelajaran daring dan tatap muka. Ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya dan adaptif terhadap kebutuhan siswa.

Salah satu poin utama yang diangkat adalah peran penting siswa sebagai aktor sentral dalam proses pembelajaran. Prof. Dinn menekankan bahwa kurikulum harus didesain dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi siswa, menjadikan mereka subjek aktif dalam pengembangan pengetahuan. Pendekatan ini akan mendorong kemandirian belajar dan kreativitas, yang sangat penting di era digital yang dinamis.

Di akhir paparannya, Prof. Dinn mengajak semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, termasuk pemerintah, akademisi, praktisi, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam menciptakan kurikulum yang inklusif dan responsif terhadap perubahan zaman. Ia menekankan bahwa pengembangan kurikulum yang berkelanjutan akan membantu menciptakan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki karakter kuat dan siap menghadapi tantangan global.